Mengintip Hoki Macan di Pulau Kemaro

Monday, February 8, 2010
KOMPAS.com — Semilir angin sejuk menyapa langkah Ngurah Wijaya (45) saat dia bersama keluarganya tiba di Pulau Kemaro, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (6/2/2010). Dengan bersemangat, disapanya seorang lelaki yang sedang menyapu halaman Kelenteng Toa Pek Kong.
”Permisi, kami mau meramal di kelenteng, apa bisa?” tanya Ngurah yang datang dari Bali.
Burhan, lelaki yang disapa, tersenyum sebelum mengatakan keinginan Ngurah untuk diramal bisa saja dipenuhi, tetapi akan mubazir sebab tahun Imlek 2650 berakhir beberapa hari lagi. Ramalan yang akan terbaca adalah ramalan akhir tahun dan tidak berlaku pada tahun baru.
”Lebih baik ramalan ditunda satu minggu lagi,” ujar Burhan.
Mendengar itu, wajah Ngurah seolah surut gairah. Meski demikian, ia bisa memahami saran Burhan. Ngurah tidak keberatan datang lagi ke Pulau Kemaro karena masih berlibur di Palembang hingga 10 hari ke depan.
Ngurah hanyalah satu dari sekian banyak pengunjung yang hendak meramalkan nasib di Kelenteng Toa Pek Kong Pulau Kemaro. Menurut Burhan, hampir setiap hari ada saja orang yang ingin diramal di kelenteng. Namun, ia menyarankan mereka untuk datang lagi saat Tahun Baru Imlek 2561 tanggal 14 Februari nanti.
”Kalau sekarang, kan, masih tahun kerbau, sementara minggu depan sudah tahun macan. Hasil ramalan tentu akan berbeda,” ujar Burhan.
Meramal di Kelenteng Toa Pek Kong sebenarnya sama saja seperti di kelenteng-kelenteng lain. Metode ramal yang dipakai adalah ciam si, yakni mengocok 100 batang bambu.
Untuk memulai ciam si, pengunjung harus melakukan ritual kecil. Mereka menyalakan dupa dan memperkenalkan nama dan usia di depan patung dewa di altar kelenteng. Setelah itu, pengunjung wajib melempar dua keping kayu, masing-masing berbentuk setengah lingkaran, yang disebut sio pweh.
”Pengunjung baru boleh mengocok ciam si kalau hasil lemparan sio pweh menunjukkan warna berbeda, artinya ada izin dari dewa,” kata Burhan.
Batang ciam si yang jatuh dari hasil kocokan akan menunjukkan angka tertentu. Angka ini merupakan urutan lemari di dinding kelenteng yang berisi kertas ramalan. Pengunjung bisa membaca sendiri kertas ramalan atau meminta penjaga kelenteng untuk menafsirkannya.
Menurut Burhan, kertas ramalan biasanya memuat peruntungan (hoki) atau hal yang patut diwaspadai dalam satu tahun ke depan. Tidak ada biaya apa pun dalam meramal ciam si.
Banyak orang merasa ramalan ciam si di Kelenteng Toa Pek Kong Pulau Kemaro tepat. Tak heran pada perayaan Imlek, pulau di tengah Sungai Musi itu dipadati pengunjung dari luar daerah, termasuk dari Singapura dan China. Menurut Burhan, jumlahnya bisa ribuan orang.
Baik hanya sekadar iseng maupun serius, ramalan ciam si banyak dicari orang. Percaya atau tidak, itu terserah Anda saja.

0 komentar:

Post a Comment