Artikel

Thursday, November 26, 2009
Gawat! Jakarta Peringkat 2 Kota Terburuk Di Dunia

Menurut BusinessWeek sebuah majalah bisnis internasional yang kerap menjadi acuan para pebisnis, Indonesia berada di urutan ke-2 sebagai tempat paling buruk untuk bekerja di seluruh dunia.

Penyeleksian Negara-negara tersebut dilakukan oleh ORC Worldwide sebuah perusahaan konsultan HR dari New York yang menetapkan 55 kota terburuk dan BusinessWeek mengungkapkan 22 kota di antaranya. Penyeleksian ini mencari kota-kota mana yang tidak bersahabat bagi para ekspatriat untuk tinggal dan bekerja di kota tersebut. Dengan kriteria tingkatan pada hal-hal berikut: polusi, penyakit, kekerasan politis, dan ketersediaan barang-barang dan jasa. Dan penyeleksian tersebut mendapatkan ibukota Nigeria, Lagos, sebagai kota terburuk peringkat pertama di dunia.

Dalam artikel BusinessWeek sendiri ketika mengangkat mengapa Jakarta terpilih sebagai kota terburuk nomor 2, dijelaskan: "Indonesia mungkin lebih bisa menangani permasalahan resesi global masa sekarang dibandingkan Negara-negara berkembang lainnya, tetapi itu tidak menjadikan kehidupan di Jakarta lebih mudah bagi para ekspatriat yang pindah ke sana. Meskipun masalah umum bagi kota-kota Negara ketiga - resiko penyakit, sanitasi yang minim, dan polusi berlebihan - ibukota Indonesia "bisa menjadi lokasi menarik," menurut ORC. Bagaimanapun, Indonesia adalah Negara Muslim terbesar dunia dan telah menderita banyak serangan tingkat tinggi oleh teroris-teroris Islam yang menargetkan warga asing. "Peristiwa kekerasan, oleh ekstremis-ekstremis Islam khususnya, adalah halangan serius untuk tinggal disini," ungkap ORC.

Dalam keterangannya, Jakarta mendapat keterangan peringkat "Very High Risk Location" dengan permasalahan-permasalahan besar: polusi, penyakit & sanitasi, fasilitas-fasilitas medis, kekerasan & pengekangan politis, lingkungan politis & sosial, kriminalitas. Dengan memasang gambar utama yang menampilkan suasana para ibu rumah tangga di daerah perkampungan Jakarta sedang memilih celana dalam yang sedang dijajakan di depan rumah mereka.

Cukup mengejutkan memang jika mungkin bagi sebagian warga Jakarta tidak merasakan sebagaimana apa yang artikel tersebut ungkapkan ke publik. Tetapi memang pertimbangan tersebut diberikan kepada audiens ekspatriat internasional. Apa yang bisa warga Jakarta lakukan agar Jakarta tidak lagi berada di peringkat ke-2 di tahun ke depan? Hanya warga Jakarta bersama-sama yang bisa membuktikannya.sumber

0 komentar:

Post a Comment