Fosil tersebut ditemukan Lee Berger, seorang paleoantropolog dari Universitas Witwatersrand di Johannesburg, Afrika Selatan saat melakukan kunjungan ke Palau tahun 2006. Ia sedang mengelilingi pulau berbatu yang berada pada jarak 600 kilometer timur Filipina itu dengan kayak saat menemukan tulang-belulang di dua buah gua. Ia baru melakukan penggalian intensif setelah mendapat dukungan National Geographic Society.
“Setidaknya sepuluh gua telah ditemukan di pulau berbatu tersebut dan penggalian pada salah satu gua menghasilkan fosil sekitar 25 individu,” ujar Lee. Salah satu kerangka lengkap yang ditemukan memperlihatkan sosok manusia setinggi 94 hingga 120 centimeter. Beratnya diperkirakan hanya 32 hingga 41 kilogram. Dari segi ukuran, manusia kerdil tersebut mirip manusia kerdil Flores yang kontroversial sebagai Homo floresiensis.
Namun, volume otaknya sekitar dua kali lipat otak manusia Flores. Dari hasil pengukuran strktur tulangnya, mereka juga lebih mirip Homo sapiens atau manusia modern meski dengan ukuran tulangnya terlampau kecil dan cenderung primitif. Mereka diperkirakan tinggal di sana antara 900 hingga 2.800 tahun.
Peneliti yang melaporkan temuannya dalam jurnal Public Library of Science (PLoS) ONE mengatakan bahwa manusia purba tersebut mungkin mengalami kekerdilan karena terisolasi yang disebut insular dwarf. Penemuan ini menambah daftar perdebatan di kalangan para ilmuwan. Homo floresiensis sampai sekarang juga masih diragukan sebagai spesies tersendiri dan ada peneliti yang masih yakin bahwa mereka kerdil disebabkan penyakit seperti microcephaly atau kemuncuran perkembangan otak atau bahkan kekurangan gizi.
0 komentar:
Post a Comment